Selasa, 26 Oktober 2010

Tahap-tahap Pembentukan Kelompok

Model pembentukan suatu kelompok pertama kali diajukan oleh Bruce Tackman (1965). Teori ini dikenal sebagai salah satu teori pembentukan kelompok yang terbaik dan menghasilkan banyak ide-ide lain setelah kosep ini dicetuskan.

Tahap 1 - Forming
Pada tahap ini kelompok baru saja dibentuk dan diberikan tugas. Anggota kelompok cenderung untuk bekerja sendiri dan walaupun memiliki itikad baik namun mereka belum saling mengenal dan belum saling percaya.

Tahap 2 - Storming
Kelompok mulai mengembangkan ide-ide berhubungan dengan tugas-tugas yang mereka hadapi. Mereka membahas isu-isu semacam masalah yang harus mereka selesaikan. Anggota kelompok saling terbuka dan mengkonfrontasi ide-ide dan perspektif mereka masing-masing. Pada beberapa kasus, tahap storming cepat selesai. Namun ada pula yang mandenk pada tahap ini.

Tahap 3 - Norming
Terdapat kesepakatan dan konsensus antara anggota kelompok. Peranan dan tanggung jawab telah jelas. Anggota kelompok mulai dapat mempercayai satu sama lain seiring dengan mereka melihat kontribusi masing-masing anggota untuk kelompok.

Tahap 4 - Performing
Kelompok dalam tahap ini dapat menyelesaikan pekerjaan dengan lancar dan efektif tanpa ada konflik yang tidak perlu dan supervisi eksternal. Anggota kelompok saling bergantung satu sama lainnya dan mereka saling respect dalam berkomunikasi.

Tahap 5 - Adjourning dan Transforming
Tahap dimana proyek berakhir dan kelompok membubarkan diri. Kelompok bisa saja kembali pada tahap mana pun ketika mereka mengalami perubahan.

Konflik Dalam Kelompok

Sepanjang individu berinteraksi dengan individu lain, konflik tidak mungkin terhindarkan. Konflik dapat terjadi dalam menentukan suatu tujuan atau dalam menentukan metode yang akan diambil dalam mencapai tujuan. Konflik dapat terjadi bila perhatian utama anggota kelompok dialihkan pada diri sendiri. Dalam hal ini perspektif mereka menjadi sempit dan orientasi mereka hanya pada jangka waktu yang pendek saja.

Secara umum, faktor-faktor yang menjadi sumber konflik antara lain:
1. Perbedaan keinginan, nilai, tujuan.
2. Adanya keterbatasan akan sumber tertentu.
3. Persaingan

Tahap-tahap perkembangan konflik:
1. Disagreement

  • apakah benar-benar ada atau hanya kesalahpahaman
  • apakah perlu segera ditangani atau terselesaikan sendiri
  • jika benar-benar ada dan menyangkut beberapa faktor situasional minor
2. Confrontation

  • dua orang atau lebih saling bertentangan
  • diakhir tahap ini, tingkat koalisi dimana anggota kelompok menjadi terpolarisasi
3. Esclation

  • anggota kelompok menjadi lebih kasar, memaksa, mengancam, sampai pada kekerasan fisik
4. Deesclation

  • berkurang atau menurunnya konflik
  • anggota mulai sadar waktu dan energi yang terbuang sia-sia dengan berdebat
5. Conflict Resolution

  • tiap konflik sampai pada tahap ini, meskipun tidak semua pihak puas dengan hasilnya.

Forming: Becoming a Group

1. The Psychodynamic Perspective
Perspektif psikodinamik menjadi pangkal dari tingkah laku sosial yang dinamis dan saling mempengaruhi antara kebutuhan dasar psikologis dan keinginan. Pendekatan ini pertama kali dikemukakan oleh Sigmund Freud (1922), teori psikodinamik Freud menjelaskan bahwa individu berkelompok untuk pemuasan dasar biologis dan kebutuhan psikologis yang akan menimbulkan ketidakbahagiaan bila tidak dipenuhi.
Frued Replacement Theory
Dalam buku Group Psychology and the analysis of the ego, Freud (1922), menjelasakan formasi kelompok dalam lingkup dua proses yang saling berkaitan: identifikasi dan transferensi.
Fokus pertama pada identifikasi, Freud menjelaskan bahwa energi emosional individual (libido) dapat diarahkan pada dirinya sendiri atau orang lain. Konsep lainnya adalah transferensi, Freud menjelaskan bagaimana formasi kelompok pertama anak mempengaruhi perilaku kelompoknya dikemudian hari.
Transferensi ini dapat membawa pada identifikasi terhadap kelompok yang menjadi ego ideal bagi seluruh anggota kelompok.

2. The Sociobiological Perspective

  • Surviving in group
Sosiobiologi didasarkan atas teori evolusi Charles Darwin. Meski Darwin banyak membahas mengenai biologikal ada anatomical fitness, sosiobiologi menjelaskan konsep yang menjelaskan tingkah laku binatang dalam situasi sosial. Sosiobiologi berpendapat bahwa bergabung dengan anggota lain dalam satu spesies merupakan "expression of the evolutionarily curturally stabilized startegies of individual animal that on averege enhance their reproductive succes".

  • The "Herd" Instinct
Kebutuhan untuk afiliasi bukan dipelajari melalui pengalaman, namun merupakan manifestasi dari instinctive yang terdapat pada kebanyakn spesies. Formasi kelompok memberikan perlindungan dari perburuan dan kelompok pemburu hanya pembawa mangsa.
Schachter (1959) berpendapat bahwa kebutuhan untuk meraih kejelasan kognitif yang telah Festinger ungkapkan adalah akibat langsung dari informasi kelompok. Schachter memperkirakan:
1. Seseorang akan menggabungkan diri ketika opini, sikap, kepercayaan, mereka diserang.
2. Kegiatan-kegiatan yang tidak direncanakan akan menuju sebuah "pencarian untuk informasi kenyataan sosial".
3. Kebutuhan kelompok akan memuaskan kebutuhan akan informasi.

Sabtu, 23 Oktober 2010

Latar Belakang Psikologis dan Kondisi Timbulnya Massa

Banyak teori yang mengupas tentang struktur pribadi manusia, salah satu pendapat yang dikemukakan oleh Freud menyatakan bahwa struktur pribadi manusia itu terdiri dari tiga bagian yaitu:
  •  Das Es atau The Id yaitu berupa dorongan-dorongan, nafsu-nafsu yang pada dasarnya itu semua membutuhkan pemenuhan, ingin muncul, ingin keluar.
  • Das Ich atau The Ego, yaitu merupakan sinsor untuk menyesuaikan dengan keadaan sekitarnya, teruatama dengan norma-norma yang ada, di sini berfungsinya pikiran.
  • Das Uber Ich atau The Super Ego, merupakan kata hati yang berhubungan dengan moral baik buruk.
Bila das es mau keluar, tetapi tidak diperbolehkan oleh das ich karena tidak sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat, maka dorongan-dorongan das es kemudian ditekan masuk dalam kompleks tersedak, masuk dalam bawah sadar. Apa yang masuk dalam kompleks tidak mati, tidak hilang, tetapi dalam keadaan laten kompleks terdesak ke permukaan. Ke alam sadar pemunculan tersebut terjadi bila sensor yaitu das ich dalam keadaan tidak aktif atau kurang baik berfungsinya.

Neil Smelser mengidentifikasi beberapa kondisi yang memungkinkan munculnya perilaku massa, diantaranya:
  1. Structural conduciveness: beberapa struktur sosial yang memungkinkan munculnya perilaku kolektif, seperti: pasar, tempat umum, tempat peribadatan, mall, dst.
  2. Structural Strain: yaitu munculnya ketegangan dlam masyarakat yang muncul secara tersturktur. Misalnya: antar pendukng kontestan pilkada.
  3. Generalized beliefs : share interpretation of event.
  4. Precipitating factors: ada kejadian pemicu (triggering incidence). Misal ada pencurian, ada kecelakaan.
  5. Mobilization for actions: adanya mobilisasi massa. Misalmya : aksi buruh, rapat umum suatu ormas, dst.
  6. Failure of Social Control – akibat agen yang ditugaskan melakukan kontrol sosial tidak berjalan dengan baik.

Sifat-sifat Massa


Menurut Gustave Le Ban, massa itu mempunyai sifat-sifat psikologi tersendiri. Orang yang bergabung dalam suatu massa akan berbuat sesuatu, yang perbuatan tersebut tidak akan dilakukan bila individu itu tidak tergabung dalam suatu massa. Sehingga massa itu akan mempunyai daya melarutkan individu dalam massa, malarutkan individu dalam jiwa massa.
Seperti dikemukakan oleh Durkheim bahwa adanya individual mind dan collective mind, yang berbeda satu dengan yang lain. Menurut Gustave Le Bon dalam massa itu terdapat apa yang dinamakan hukum mental unity atau low of mental unity (yaitu bahwa dalam massa adanya kesatuan mind, kesatuan jiwa), seperti yang dikemukakan olehnya, sebagai berikut:
Whoever be the individuals that compose it, however like ot unlike be their mode of life, thei occupations, their character, or their intellegiences, the fact that they have been transformed into a crowd puts them in possession of collective mind(Lih, Lindzey 1959)
Sedangkan menurut Allport (Lih Lindzey, 1959) adanya kesamaan (conformity), dalam hal kepercayaan (feeling) dan dalam perbuatan yang menampak (overt behaviour).
Mc. Dougall menekankan pada adanya homogenity dalam panic (escape mob) seperti yang dikemukakannya:
“there is one kind of object in the presence of which no man remains indifferent and shich evokes in almost all men the same emotion, namely, inpending danger, hence the sudden appearance of imminent danger the characteristic and terrible phenomena of a panic. (Lih. Lindzey, 1959)
Di samping sifat-sifat yang telah disebukan di atas massa itu masih mempunyai sifat-sifat antara lain, yaitu:
  • Impulsif, ini beratti massa itu akan mudah memberikan respons terhadap rangsang atau stimulus yang diterimanya. Karena sifat impulsifnya ini, maka massa itu ingin bertindak cepat sebagai reaksi terhadap stimulus yang diterimanya.
  •  Mudah sekali tersinggung. Karena massa itu mudah sekali tersinggung, maka untuk membangkitkan daya gerak massa diperlukan stimuli yang dapat menyinggung perassan massa yang bersangkutan.
  • Sugestibel, ini berarti bahwa massa itu dapat mudah menerima sugesti dati luar.
  • Tidak rasional, karena massa itu sugestibel, maka massa itu dalam berindak tidak rasional, dan mudah dibawa oleh sentimen-sentimen.
  • Adanya social facilitation (F. Allport) yaitu adanya suatu penguatan aktivitas, yang disebabkan karena adanya aktivitas individu lain. Perbuatan individu lain dapat merangsang/ menguatkan perbuatan individu lain yang trgabung dalam massa itu.

Massa Pasif dan Massa Aktif

Massa menurut Park dan Burgess (Lih. Lindzey, 1959) membedakan antara massa aktif dan massa pasif. Massa aktif disebut  mob, sedangkan massa pasif disebut audience. Dalam mob telah ada tindakan-tindakan nyata misalnya demontrasi, perkelahian massal dan sebagainya. Sedangkan pada tindakan yang nyata, misal orang-orang yang berkumpul untuk menjadi mob, sebaliknya mob dapat berubah menjadi audien.

3 kondisi yang melatar belakangi massa aktif:
a. Masalah  yang cukup serius
b. Penyelesaian masalah yang tertunda
c. Adanya keyakinan bahwa masalah harus diselesaikan

Massa Abstrak dan Massa Konkrit

Massa menurut Mennicke (1948) mempunyai pendapat dan pandangan yang lain sehingga ia membedakan antara massa abstrak dan massa konkrit.

Massa abstrak adalah sekumpulan orang-orang yang didorong oleh adanya pesamaan minat, persamaan perhatian, persamaan kepentingan, persamaan tujuan, tidak adanya struktur yang jelas, tidak terorganisir.

Sedangkan yang dimaksud dengan massa konkrit adalah massa yang mempunyai ciri-ciri:
  1. Adanya ikatan batin, ini dikarenakan adanya persamaan kehendak, persamaan tujuan, persamaan ide, dan sebagainya.
  2. Adanya persamaan norma, ini dikarenakan mereka memiliki peraturan sendiri, kebiasaan sendiri dan sebagainya.
  3. Mempunyai struktur yang jelas, di dalamnya telah ada pimpinan tertentu. Antara massa absrak dan massa konkrit kadang-kadang memiliki hubungan dalam arti bahwa massa abstrak dapat berkembang  atau berubah menjadi konkrit, dan sebaliknya massa konkrit bisa berubah ke massa abstrak. Tetapi ada kalangan massa abstrak bubar tanpa adanya bekas.
Apa yang dikemukakan oleh Gustave Le Bon dengan massa dapat disamakan dengan massa abstrak yang dikemukakan oleh Mennicke, massa seperti ini sifatnya temporer, dalam arti bahwa massa itu dalam waktu yang singkat akan bubar.

Psikologi Massa

Psikologi itu memiliki obyek material yakni manusia, dalam hal ini perilaku manusia baik sebagai individu maupun kelompok. Aspek perilaku yang diteliti dalam psikologi itu kompleks, termasuk perilaku kerja dan perilaku aksi massa.

Jika kita berbicara mengenai psikologi massa, maka sebetulnya kita menjadikan massa sebagai suatu medan di mana proses-proses stimulus rangsangan tadi terjadi. Dalam hal itu, kemampuan mengidentifikasi bentuk perilaku massa adalah sesuatu yang penting. Psikologi adalah ilmu tentang perilaku dan proses mental. Massa dapat diartikan sebagai bentuk kolektivisme (kebersamaan). Oleh karena itu psikologi massa akan berhubungan perilaku yang dilakukan secara bersama-sama oleh sekelompok massa.

Psikologi massa adalah studi mengenai tingkah laku banyak orang atau kumpulan manusia mengenai kelompok-kelompok yang terorganisir dengan longgar.
Menurut Chaplin, Psikologi massa adalah psikologi yang khusus mempelajari perilaku manusia dalam loosely organized group.

Sedangkan massa itu sendiri adalah sekumpulan banyak orang (ratusan/ribuan) yang berkumpul dalam suatu kegiatan yang bersifat sementara.

Selasa, 12 Oktober 2010

Jenis-jenis Kelompok

Terdapat berbagai macam jenis kelompok.
Biersted mengklasifikasikan kelompok ke dalam kelompok statistik, kelompok kemasyarakatan, kelompok sosial dan kelompok asosiasi.
Emile Durkheim membaginya dalam kelompok yang didasarkan pada solidaritas mekanik dan kelompok yang didasarkan pada solidaritas organik.
Ferdinand Tonnies mengklasifikasikannya menjadi gemeischaft dan gesselchaft.
C.H. Colley membaginya kelompok kedalam kelompok primer dan kelompok sekunder.
W.G. Sumner mengklasifikasikannya kedalam ingroup dan outgroup.

Jenis-jenis kelompok yaitu:
1. Dyad
Kelompok yang anggotanya terdiri dari 2 orang
2. Kelompok kecil
Kelompok primer dimana terjadi face to face, saling tergantung, ada identitas kelompok yang sangat kuat
3. Organisasi
Sekumpulan orang yang memiliki tujuan yang sama dan struktur yang sangat jelas
4. Massa
Sifat temporer, mempunyai tujuan yang sama, tidak berstruktur.

Hubungan Interpersonal

Hubungan interpersonal adalah dimana kita berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi kita berkomunikasi tidak hanya menentukan content tetapi juga menentukan relationship.
Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa  makin baik hubungan interpersonal maka makin terbuka orang mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung.

FIRO (Fundamental Interpersonal Relations Orientation).
Teori 3 dimensi hubungan interpersonal:
1. Need of inclusion

  • undersocial
  • social
  • oversocial
2. Need of control

  • abdicrat
  • democrat
  • autocrat
3. Need of affection

  • underpersonal
  • personal
  • overpersonal

Keuntungan dan Kerugian Masuk Kelompok

Keuntungan masuk kelompok:
1. Social interaction
2. Social support

  • social approval: persetujuan dari lingkungan apa yang dilakukannya mendapat persetujuan dari kelompok
  • belief comfirmation
3. Group member characteristic

  • competence
  • physical attractiveness


Kerugian masuk kelompok:
1. Primary tension
2. Personal investment
3. Social rejection
4. Interfrence
5. Reactance

Pendapat para ahli mengenai alasan individu masuk kelompok

1. Menurut Forsyth
- Pemuasan kebutuhan psikologis, seperti rasa aman dan cinta
- Meningkatkan ketahanan yang adaptif
- Kebutuhan akan informasi

2. Menurut Shaw
- Ketertarikan interpersonal
- Aktivitas kelompok
- Tujuan kelompok
- Anggota kelompok
- Efek instrumental dari anggota kelompok

3. Menurut Robbins
- Keamanan
- Status
- Penghargaan diri
- Pertalian
- Kekuasaan
- Pencapaian tujuan

Kamis, 07 Oktober 2010

Hal Lain yang Mempengaruhi Efektivitas Kelompok

1. Tujuan
Mudah dimengerti oleh anggota kelompok, relevan dengan kebutuhan anggota, saling ketergantungan dan meningkatkan komitmen tingkat tinggi dari anggota untuk mencapainya.
2. Anggota harus mengkomunikasikan ide dan perasaan
3. Partisipasi dan kepemimpinan terdistribusi antar anggota
- tanggung jawab
- semua harus bekerja dalam tugas kelompok
- sumber daya
- kohesivitas kelompok
4. Prosedur pengambilan keputusan harus tepat dan fleksibel
5. kekuasaan dan pengaruh
6. Konflik
- kebutuhan
- kelangkaan sumber daya
- persaingan
7. Kohesivitas meningkat
- saling menyukai
- ingin terus menjadi anggota kelompok
- puas terhadap keamggotaan
- penerimaan, dukungan dan kepercayaan meningkat
8. Kemampuan memecahkan masalah
- merasakan adanya masalah
- mencari dan menetapkan solusi
- mengevaluasi efektivitas solusi

Rabu, 06 Oktober 2010

Efektivitas Kelompok

Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kelompok antara lain:
A. Faktor situasional
1. Ukuran kelompok
2. Jaringan komunikasi
3. Kohesi kelompok, kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok dan mencegahnya meninggalkan kelompok
4. Kepemimpinan, komunikasi yang secara positif mempengaruhi kelompok untuk bergerak ke arah tujuan kelompok

B. Faktor personal
1. Proses interpersonal: keterbukaan, percaya, simpati
2. Kebutuhan interpersonal: inklusi, kontrol, afeksi

Karakteristik kelompok menurut Sorsyth

1. Interaksi : fisik,verbal,non verbal,emosional

2. Struktur : Pola hubungan yang stabil antara anggota
-Role yang telah diharapkan dan seseorang yang telah menduduki
-Norma
-Relasi antar anggota

3. Tujuan
-Intrinsik
-ekstrinsik

4. Groupness
Tingkat dimana kekuatan tunggal menyatu

5. Ketergantungan dinamis

Pendekatan Teoritis Tentang Kelompok

1. Teori Sintalis Kelompok (Cattle, 1948)
Dimensi Kelompok:
a. Sifat-sifat Sintalis
Pengaruh adanya kelompok sebagai keseluruhan terhadap lingkungan.
b. Sifat stuktur Kelompok
Hubungan antara anggota kelompok.
c. Sifat-sifat Populasi
Sifat anggota kelompok
Dinamika Sintalis
a. Eksistensi kelompok tergantung kepada anggota kelompok
b. Kelompok saling overlapping

2. Teori Prestasi (Stoqdill,1956)
a. Orientasi penguat
b. Orientasi lapangan
c. Orientasi koqnitif

Input (dari anggota) - Variebel media - Output (prestasi)

Sabtu, 02 Oktober 2010

Definisi Kelompok

Beberapa ahli berpendapat tentang definisi dari "kelompok".

Hornby A.S berpendapat bahwa kelompok adalah sejumlah orang atau benda yang berkumpul atau ditempatkan secara bersama-sama atau secara alamiah berkumpul.

Webster mengatakan bahwa kelompok adalah sejumlah orang atau benda yang bergabung secara erat dan menganggap dirinya sebagai suatu kesatuan.

Sherif berpendapat unit sosial yang terdiri dari sejumlah individu yang mempunyai hubungan saling ketergantungan satu sama lain yang sesuai status dan perannya secara tertulis atau tidak mereka telah mengadakan norma yang mengatur tingkah laku anggota kelompoknya.

Dari beberapa pendapat tersebut ditarik kesimpulan bahwa kelompok adalah unit komunitas yang terdiri dari dua orang atau lebih yang memiliki suatu kesatuan tujuan dan pemikiran serta integritas antar anggota yang kuat.

Pentingnya Interaksi antar Kelompok

Kebutuhan akan pentingnya mengetahui dan memahami tentang proses-proses interaksi yang terjadi di dalam kelompok semakin hari semakin meningkat. Sebagai makhluk sosial manusia tidak akan bisa hidup sendiri tanpa orang lain bersamanya, apakah itu di dalam keluarga, dalam kehidupan bermasyarakat dan sebagainya. Dari hari pertama dilahirkan kita sudah menjadi bagian dari kelompok. Selanjutnya hari demi hari akan kita lalui bersama kelompok, dari suatu kelompok ke kelompok yang lain, baik formal maupun informal. Dan di dalam kelompok, interaksi kita antar anggota kelompok tidak dapat dihindarkan.

Kehidupan dalam kelompok sangatlah dinamis. Semakin efektif suatu kelompok, semakin baik pula kualitas kehidupan anggota-anggotanya. Yang penting diperhatikan agar kelompok tersebut tetap efektif adalah pengetahuan yang cukup tentang proses-proses yang terjadi serta kemampuan kita untuk berperilaku secara efektif dalam kelompok.

Hal Penting dalam Pembentukan Kelompok

Pembentukan kelompok di awali dengan adanya perasaan atau persepsi yang sama dalam memenuhi kebutuhan. setelah itu akan timbul motivasi untuk memenuhinya, sehingga ditentukan tujuan yang sama dan akhirnya interaksi yang terjadi akan membentuk suatu kelompok.

Pentingnya hal-hal berikut dalam suatu kelompok. (1) Persepsi, pembagian kelompok didasarkan pada  kemampuan intelegensi dalam pencapaian akademis. Anggota yang memiliki kemampuan tertentu diharapkan mampu menginduksi anggota kelompok yang lainnya. (2) Motivasi, pembagian kekuatan yang berimbang akan memotivasi anggota kelompok untuk berkompetisi secara sehat dalam mencapai tujuan kelompok. (3) Tujuan, memiliki tujuan yang sama antar anggota kelompok untuk menyelesaikan tugas-tugas kelompok. (4) Organisasi, pengorganisasian berguna untuk mempermudah koordinasi kelompok, sehingga masalah dapat diselesaikan secara efektif dan efisien. (5) Independensi, setiap anggota kelompok bebas untuk menyampaikan pendapat, ide serta ekspresi selama kegiatan. (6) Interaksi, dengan adanya interaksi akan adanya proses transfer ilmu dapat berjalan secara horizontal yang didasarkan pada kebutuhan akan informasi tentang pengetahuan tersebut.